TERASKATA.COM, Belopa – Pacsa banjir dan longsor yang melanda Kabupaten Luwu pada Jumat 3 Mei 2024 lalu, tentu menyisahkan luka dan trauma. Khususnya bagi anak korban bencana.
Menghilangkan trauma bagi anak korban bencana, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) se Luwu Raya berkolaborasi dengan relawan, Bunda Paud, PKK, dan pemerhati perempuan dan anak berikan Trauma Healing.
Kepala DP3A Kabupaten Luwu, Hidayah Made mengatakan, trauma healing ini dilaksanakan di Desa Malela, Kecamatan Suli dan Desa Bonelemo Kecamatan Bajo Barat dengan target 600 anak korban banjir dan longsor.
“Berbagai metode yang kita berikan mulai dari praktek dengan cara mengajak anak-anak korban bencana bermain, membacakan dongeng, dan bernyanyi. Intinya kita berupaya mengembalikan psikis dan mengobati trauma yang mereka rasakan pasca banjir dan longsor,” katanya, Sabtu (11/05/2024).
Sementara untuk teorinya, lanjut Hidayah, kami menerapkan Focused Kognitif Behavioral Therapy atau Terapi Perilaku Kognitif dan Kognitif Progressing Therapy atau Terapi Pemprosesan Kognitif.
“Dua metode terapi ini memang biasa diterapkan bagi korban bencana khususnya anak-anak. Dimana kedua metode ini dapat membantu anak-anak yang menjadi korban untuk mengubah perilaku dan cara berfikir mereka pasca bencana,” terangnya.
“Trauma healing ini sudah tiga kali kami lakukan dan sudah sekitar 300 anak yang mendapatkan terapi trauma pasca banjir dan longsor,” tambahnya.
Sementara Kepala DP3A Kota Palopo, Ramli mengungkapkan jika Trauma Healing adalah kunci rehabilitasi pasca banjir untuk mengatasi gangguan psikologis, kecemasan, rasa panik, dan menurunnya fungsi-fungsi mental pada anak.
Pasca bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Luwu, sebanyak 13 orang telah dinyatakan meninggal dunia. Ribuan lainnya masih dilaporkan mengungsi. 134 rumah warga Hanyut. Diantaranya 46 rumah di desa Marinding. di Desa Cimpu 1 rumah, Desa Poringan 30 rumah, Desa Kaili 22 rumah, Desa Mardinding 46 rumah, Desa Saronda 14 rumah, Desa Bone Lemo 17 rumah, dan 4 rumah di Desa Balla. (*)