Ketika Sepak Bola (Modern) Merubah Pandangan Masyarakat di Negara-negara Barat dari Islamophobia Menjadi Respect To Muslim
Oleh: Agung Zulkarnain Alang SE M Ei (Dosen FEBI IAIN Palopo)
Masih teringat jelas suatu kejadian diawal milenium baru yang sangat menggemparkan dunia pada saat itu tepatnya tanggal 11 September 2001. Hari itu terjadi sesuatu yang sangat mengerikan diakibatkan oleh 2 buah pesawat komersil yang menghantam/menabrak gedung pencakar langit di kota New York yang menjadi salah satu ikon dari negara Amerika Serikat yaitu World Trade Centre (WTC).
Kejadian itu menjadi pukulan besar bagi Amerika Serikat selaku Negara Superpower (Adidaya) karena markas militernya di Pentagon juga dihantam sebuah pesawat komersil walaupun tidak sempat mengenai sepenuhnya markas itu.
Jumlah korban jiwa pada tragedy 11 september 2001 kurang lebih sebanyak 3000 orang yang meninggal dan mayoritas adalah warga Amerika. Semenjak kejadian itu maka pandangan masyarakat di Negara-negara barat khususnya amerika dan eropa terhadap umat Islam begitu negatif.
Salah satu penyebab dari tragedy tersebut pelakunya adalah orang Islam. Agama Islam dicap sebagai agama kekerasan, teroris, sehingga masyarakat muslim yang menjadi minoritas yang bermukim di Negara-negara barat mendapat cacian, hinaan, bahkan ada yang mendapatkan kekerasan dari masyarakat barat yang non-muslim.
Hal ini mencerminkan betapa dibencinya Islam di Negara-negara Barat (Amerika dan Eropa).
Islamophobia adalah permusuhan terhadap umat Islam, ketakutan atau rasa benci yang begitu besar terhadap Islam.
Semakin berkembangnya zaman dari waktu ke waktu kini pandangan masyarakat barat yang non-muslim terhadap orang yang beragama Islam mulai berubah kearah yang positif. Salah satu penyebabnya adalah tehnologi yang begitu cepat berkembang membuat informasi begitu cepat diketahui, media-media begitu cepat berkembang dan cara berdakwah juga ikut berkembang, yang dulunya Ketika hendak berdakwah perlu membuat majelis di masjid, namun kini sepakbola pun bisa digunakan untuk berdakwah.
Hal itu dapat kita saksikan di Eropa yang dulunya masyarakat di sana menilai negative tentang islam tetapi kini dengan banyaknya pemain-pemain bola yang muslim di klub-klub kesayangan mereka membuat mereka perlahan-lahan menerima Islam dan mulai memandang Islam kearah yang positif, berkat kontribusi dari para pemain muslim yang memberikan perkembangan buat klub yang dibelanya kearah yang lebih baik dari sebelumnya.
Saat ini tidak sedikit pemain-pemain bola yang beragama Islam menjadi idola baru bagi para fans-fans klub kesayangan masyarakat barat khususnya eropa. Ada Mohammed Salah, Sadio Mane merupakan pemain yang beragama Islam yang mampu memberi gelar trofi liga Inggris kepada klub Liverpool setelah paceklik gelar selama kurang lebih 2 dekade lamanya dan selain gelar itu, tahun 2019 keduanya juga memberikan gelar juara Liga Champions Eropa kepada Liverpool setelah terakhir kali dimenangkan oleh Liverpool tahun 2005.
Berkat kegemilangan inilah yang perlahan merubah pandangan fans-fans Liverpool yang non-muslim kepada agama Islam khususnya pemain muslim mulai dihormati di sana dan tidak sedikit dari fans Liverpool yang di Inggris mengidolakan kedua pemain tersebut.
Selain dari sisi permainan sepak bola, yang membuat keduanya diidolakan oleh para fans klubnya adalah attitude atau sikap dari kedua pemain itu Ketika tidak bermain bola. Sadio Mane misalnya yang memiliki sikap yang humble (rendah hati) dalam menyapa fans nya bahkan dengan statusnya sebagai pemain bintang tapi dia tidaklah jumawa dalam kehidupannya dan dia sempat terekam kamera saat membersihkan toilet di salah satu masjid di kota Liverpool.
Dengan penghasilan yang begitu besar diterimanya dari klub Liverpool dengan nominal kurang lebih di atas 1 Milyar rupiah tiap pekan tidak membuatnya sombong ataupun lupa diri dan mendonasikan beberapa persen dengan nilai yang fantastis dari penghasilannya untuk membangun sekolah, masjid, dan sebagainya di Negaranya (Senegal) agar bisa membuat Senegal lebih berkembang, kemudian juga mendonasikan beberapa persen dari penghasilannya untuk masyarakat miskin yang ada di Negaranya (Senegal).
Mohammed Salah juga memiliki sikap yang humble (rendah hati), sopan dan santun pada saat menyapa fans-fansnya. Kedua pemain ini juga taat dalam beribadah meski sedang ada pertandingan.
Pada saat bulan puasa (Ramadhan) keduanya tetap menjalankan kewajibannya sebagai muslim untuk berpuasa walau sedang Latihan Bersama pemain Liverpool lainnya maupun sedang bertanding di siang hari, bahkan jika waktu sholat tiba disaat menuju pertandingan maka keduanya meluangkan waktu untuk sholat terlebih dahulu sebelum memulai pertandingan.
Sikap dari kedua pemain ini mulai meluluhkan fans Liverpool yang ada di Inggris sehingga pandangan tentang Islam dari para fans yang non-muslim kini menjadi lebih baik dan agama Islam mulai dihormati di kota Liverpool, Inggris yang notabene mayoritas non-muslim, namun kini Sadio Mane tidak lagi membela Liverpool karena diboyong ke klub raksasa Jerman yakni Bayern Muenchen.
Selain Mohammed Salah dan Sadio Mane, ada juga beberapa pemain yang beragama Islam yang menjadi pemain Bintang dan idola baru bagi penggemarnya seperti Paul Pogba (Juventus), N’golo Kante (Chelsea), Karim Benzema (Real Madrid), Hakim Ziyech (Chelsea), Ikay Gundogan (Man.City), Oesmane Dembele (Barcelona), Eden Hazard (Real Madrid), Mahrez (Man.City), Mohamed Elneny (Arsenal), Hakan Calhanoglu (Inter Milan), Mihktarian (AS Roma), Granit Xhaka (Arsenal), Hakimi (PSG), dan sebagainya.
Mereka semua merupakan pemain penting dari masing-masing klubnya sehingga kehadiran mereka sangat dibutuhkan oleh klub agar bisa bersaing mendapatkan prestasi ditengah ketatnya kompetisi di Eropa mengingat mereka bermain di liga-liga terbaik dunia seperti Liga Primier Inggris, La liga Spanyol, Bundesliga Jerman, Ligue-1 Prancis, dan Serie-A Italia.
Bahkan pemain terbaik dunia saat ini adalah Karim Benzema yang memperoleh penghargaan paling bergengsi bagi setiap pemain bola yaitu Ballon d’or setelah mengantarkan klubnya yaitu Real Madrid menjadi juara pada kompetisi yang paling bergengsi di Eropa bahkan dunia yaitu Liga Champions Eropa.
Berkat kontribusi dari para pemain muslim itulah sehingga hampir semua klub-klub besar (Eropa) yang ada di liga terbaik dunia membangun Musholah di dalam lingkungan stadion masing-masing.
Selain kontribusi di atas lapangan, pada saat di luar lapangan atau pada saat tak ada pertandingan mereka juga menunjukkan sikap yang baik, toleransi, ramah, dan taat beribadah sehingga membuat para fans yang non-muslim di negara barat kini menghormati agama Islam dan secara tidak langsung mereka telah berdakwah untuk membuat agama Islam berkembang dan perlahan-lahan menghilangkan pandangan islamophobia masyarakat non-muslim kepada umat islam selaku minoritas di Negara-negara Eropa. Inggris yang merupakan negara mayoritas non-muslim yang dulunya islamophobiasangat tinggi di sana namun kini walikota London yang merupakan ibukota Inggris dipimpin oleh seorang Muslim. Hal ini menunjukkan bahwa agama Islam begitu dihormati di negara Inggris yang merupakan sekutu amerika yang dulunya sangat benci terhadap Islam.
Para petinggi dari organisasi induk sepakbola dunia yakni FIFA yang mayoritas dari para petinggi tersebut adalah non-muslim justru mempercayakan Qatar yang merupakan negara mayoritas Muslim sebagai tuan rumah Piala dunia untuk edisi kali ini (2022) yang tak lama lagi akan berlangsung. Ini merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada Agama Islam.
Khusunya bagi masyarakat non-muslim di Negara-negara barat yang dulunya melabeli islam sebagai teroris, agama yang mengajarkan kekerasan, benci dan anti Islam kini pandangannya telah berubah kepada Agama Islam terutama bagi kaum muslim yang menjadi minoritas di sana dan mempertegas bahwa agama Islam adalah agama yang cinta damai, rahmat bagi seluruh alam. (*)
Tinggalkan Balasan